Banyak laki-laki yang secara fisik siap
menjadi ayah, tetapi secara psikologis belum cukup matang untuk
menjalani peran itu. Mereka menjalankan peran sebagai ayah lebih karena
keterpaksaan, bukan karena kesungguhan menghadirkan sosok ayah bagi
keluarga mereka. Tak sedikit pula laki-laki yang memilih untuk keluar
dari peran ayah. Sejumlah laki-laki meninggalkan rumah. Sejumlah besar
lain lari secara psikologis. Tubuh mereka ada di rumah, tetapi pikiran
mereka melayang ke tempat lain. Mereka menjadi “penghuni” garasi,
menghabiskan waktu di depan komputer, atau di depan televisi. Bahkan
beberapa laki-laki, yang merasa frustrasi karena gagal memenuhi tuntutan
menjadi ayah yang baik, mengungkapkan kemarahan mereka dalam bentuk
penganiayaan dan kekerasan fisik. Adakah jalan keluar untuk para ayah?
Menjadi super dad jelas bukan tugas mudah, tapi bukan berarti sulit dilakukan. Tentu senang, bukan, bila anak kita berkata, “Ayahku adalah orang paling hebat sedunia!”
Sentuhan langsung seorang ayah memberikan pengaruh secara psikis dan fisik kepada anak, hal ini akan menciptakan ikatan batin yang kuat antara keduanya. Banyak yang bisa dilakukan seorang ayah untuk menjadi super dad:
Kualitas, Bukan Kuantitas. Daripada membeli mainan terbaru dan termahal, kesediaan meluangkan waktu bermain bersama anak itu kuncinya. Habiskan waktu yang berkualitas dengan anak. Setiap anak membutuhkan kehadiran ayahnya. Mulai dari mengisi harinya dengan nilai-nilai hidup, memperhatikannya, sampai menghabiskan waktu bersama.
Mendengarkan cerita di sekolahnya atau hobi terbarunya juga bisa
menambah kualitas kedekatan antara ayah dan anak. Hal ini menunjukkan,
seorang ayah yang peduli dan sayang kepada anaknya. Percaya atau tidak,
anak perempuan yang menghabiskan waktu berkualitas bersama ayahnya, akan
tumbuh dengan keyakinan, dirinya memang layak dihormati oleh laki-laki
di sekitarnya.
Anak dan Ayah Belajar. Menemani Belajar, Jika biasanya ayah membaca koran sendiri, sekarang membacalah bersama anak yang sedang belajar. Keberadaan ayah sudah mendorong anak untuk lebih serius belajar. Selain itu saat menemani anak belajar, sebaiknya ayah membaca buku atau koran. Intinya, menunjukkan bahwa membaca itu merupakan suatu hal yang menyenangkan.
Pentingnya Percaya Diri. Rasa percaya diri amat penting untuk membangun karakter anak. Cara termudah melakukannya harus dimulai untuk diri sendiri. Tunjukkan seorang ayah yang pede dengan pekerjaannya. Anak pun akan pede melihat ayahnya yang setiap pagi bekerja dengan penuh, lalu pulang dengan senyum bangga.
Disiplinkan dengan Kasih Sayang. Semua anak butuh bimbingan dan pendisiplinan, bukan sebagai hukuman, melainkan untuk menetapkan batasan-batasan yang masuk akal. Ingatkanlah anak-anak akan ganjaran perbuatan mereka dan berikanlah imbalan yang berarti atas perilaku yang diinginkan.
Perlihatkanlah Kasih Sayang. Pelukan hangat atau usapan lembut di rambut adalah sinyal cinta seorang ayah kepada anaknya. Imbasnya, jiwa anak akan merasa dilindungi, didukung, juga diterima apa adanya. Kasih sayang juga bisa ditunjukkan ayah lewat kesabaran.
Sadarilah Bahwa Tugas Sebagai Ayah Tidak Pernah Selesai. Bahkan setelah anak-anak besar dan siap meninggalkan rumahpun, mereka akan tetap mencari hikmat serta nasihat dari Ayahnya. karena di dalam benaknya terbersit “Ayahku adalah orang paling hebat sedunia!” Entah soal meneruskan pendidikan, pekerjaan baru, atau pernikahan, para Ayah terus memainkan peran penting dalam kehidupan anak-anak mereka sementara mereka bertumbuh dan, mungkin, menikah dan membangun keluarga sendiri.
“Any man can be a father. It takes someone special to be a dad……”
Sentuhan langsung seorang ayah memberikan pengaruh secara psikis dan fisik kepada anak, hal ini akan menciptakan ikatan batin yang kuat antara keduanya. Banyak yang bisa dilakukan seorang ayah untuk menjadi super dad:
Kualitas, Bukan Kuantitas. Daripada membeli mainan terbaru dan termahal, kesediaan meluangkan waktu bermain bersama anak itu kuncinya. Habiskan waktu yang berkualitas dengan anak. Setiap anak membutuhkan kehadiran ayahnya. Mulai dari mengisi harinya dengan nilai-nilai hidup, memperhatikannya, sampai menghabiskan waktu bersama.
Anak dan Ayah Belajar. Menemani Belajar, Jika biasanya ayah membaca koran sendiri, sekarang membacalah bersama anak yang sedang belajar. Keberadaan ayah sudah mendorong anak untuk lebih serius belajar. Selain itu saat menemani anak belajar, sebaiknya ayah membaca buku atau koran. Intinya, menunjukkan bahwa membaca itu merupakan suatu hal yang menyenangkan.
Pentingnya Percaya Diri. Rasa percaya diri amat penting untuk membangun karakter anak. Cara termudah melakukannya harus dimulai untuk diri sendiri. Tunjukkan seorang ayah yang pede dengan pekerjaannya. Anak pun akan pede melihat ayahnya yang setiap pagi bekerja dengan penuh, lalu pulang dengan senyum bangga.
Disiplinkan dengan Kasih Sayang. Semua anak butuh bimbingan dan pendisiplinan, bukan sebagai hukuman, melainkan untuk menetapkan batasan-batasan yang masuk akal. Ingatkanlah anak-anak akan ganjaran perbuatan mereka dan berikanlah imbalan yang berarti atas perilaku yang diinginkan.
Perlihatkanlah Kasih Sayang. Pelukan hangat atau usapan lembut di rambut adalah sinyal cinta seorang ayah kepada anaknya. Imbasnya, jiwa anak akan merasa dilindungi, didukung, juga diterima apa adanya. Kasih sayang juga bisa ditunjukkan ayah lewat kesabaran.
Sadarilah Bahwa Tugas Sebagai Ayah Tidak Pernah Selesai. Bahkan setelah anak-anak besar dan siap meninggalkan rumahpun, mereka akan tetap mencari hikmat serta nasihat dari Ayahnya. karena di dalam benaknya terbersit “Ayahku adalah orang paling hebat sedunia!” Entah soal meneruskan pendidikan, pekerjaan baru, atau pernikahan, para Ayah terus memainkan peran penting dalam kehidupan anak-anak mereka sementara mereka bertumbuh dan, mungkin, menikah dan membangun keluarga sendiri.