Anak-anak sangat menikmati waktu bermain sampai-sampai
mereka lupa makan, lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya
jika sedang bermain. Orangtua pun harus tarik urat dahulu jika menyuruh anaknya
berhenti bermain dan mau mengerjakan pekerjaan rumah (PR) atau belajar.
Bermain merupakan kebahagiaan bagi anak-anak karena dengan
bermain mereka bisa mengekspresikan berbagai perasaanya serta belajar
bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan bermain, anak-anak
menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian
tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif
dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.
…Playing is the main need for
children…
Secara umum, jenis permainan anak dapat dikategorikan ke
dalam 3 kelompok, yaitu:
Permainan aktif, permainan yang biasanya melibatkan lebih dari satu
orang anak. Contohnya olahraga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan
kinestesik dan lebih jauh lagi bisa memotivasi anak untuk belajar meraih
keunggulan, serta belajar bertahan dalam persaingan.
Permainan pasif, permainan ini bersifat mekanis dan biasanya dilakukan
tanpa teman yang nyata. Contohnya main game, jenis permainan seperti ini
memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya ialah anak bisa memiliki
keterampilan tertentu yang bisa berproses menjadi sebuah keahlian tertentu,
sehingga bermanfaat untuk kehidupannya kelak. Main game di komputer biasanya
membutuhkan keterampilan dan strategi yang tepat dari pemainnya Negatifnya
ialah keranjingan dan ketergantungan berlebihan. Secara mental dan psikologis
pun, anak akan cenderung menuntut untuk selalu menjadi nomor satu, bersikap
egois, dan memegang kendali atas sesuatu baik dalam keluarga maupun ketika ia
bermain dengan temannya. Ini terjadi karena ia terbiasa senantiasa menang
menghadapi lawan pasifnya (komputer).
Permainan fantasi, permainan imajinasi yang diciptakan sendiri oleh
anak dalam dunianya. Kita mungkin sering melihat dan mendengar anak kecil
berbicara sendiri ketika bermain boneka. Sebenarnya ia memiliki fantasi dan
imajinasi sendiri mengenai tokoh yang dimainkannya melalui boneka itu.
Permainan seperti ini baik untuk kecerdasan otak kanan karena dengan sendirinya
anak belajar berperan dengan berbagai karakter yang diciptakannya, merasakan
sisi emosional tokoh-tokoh yang ada dalam imajinasinya, serta lambat laun akan
memahami nilai baik dan buruk sebuah sikap dan sifat. Namun, sebaiknya anak
diberikan ruang dan waktu untuk bermain secara berimbang antara permainan
aktif, pasif dan fantasi agar kecerdasan otaknya juga seimbang.
Dulu anak-anak bebas bermain (seperti bermain sepeda di jalanan,
bermain petak umpet, bermain menangkap capung, dll) . Jika anak-anak hanya
tinggal di rumah saja, ibunya akan mengatakan 'pergilah keluar dan bermain'.
Tempat alami untuk anak-anak adalah berada di luar. Saat ini justru sebaliknya,
sebagian besar orang tua tidak mengizinkan anak-anak untuk bebas bermain ke
luar. Why???
Berita kriminal di surat
kabar maupun TV membuat sebagian besar orang tua merasa cemas untuk membiarkan
anak-anak bermain diluar rumah. Padahal anak juga butuh untuk mengembangkan rasa
percaya diri pada kemampuannya sendiri dalam mengatasi segala permasalahan di
luar rumah. Mereka membutuhkan pengalaman seperti yang kita dapatkan dulu.
Salah satu cara agar anak-anak dapat merasakan bermain di luar rumah dan
meminimalkan resiko, dengan meluangkan waktu kita sebagai orang tua untuk
bermain bersama di luar rumah.
…Let the children play, because
it is their world…
Dengan bermain anak-anak bisa beraktivitas bergerak (moving)
dan menjadi sarana proses belajar yang efektif buat anak. Ketika bermain, anak
berimajinasi, dan berkreativitas. Anak dapat mengekspresikan pengetahuan yang
dia miliki dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan
semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya. Biarkan anak bahagia
dengan dunianya, karena kebahagiaan di masa kecil turut menentukan kualitas
hidupnya di masa depan.
No comments:
Post a Comment